Sabtu, 06 April 2019

Generasi Milenial Harus Jadi Pemilih Cerdas

Pemilu serentak 2019 siap digelar pada 17 april 2019 mendatang.
Tahun ini menjadi kali pertama pemilihan presiden dan wakil presiden dilaksanakan bersamaan dengan pemilihan anggota legislatif.

Pesta Demokrasi ini menjadi ajang bagi rakyat, sebagai pemilih yang memanfaatkan hak suaranya untuk memilih pemimpin yang bisa membawa perubahan bagi rakyat.

Agar tak salah pilih, generasi milenial perlu memiliki pengetahuan dan kesadaran tentang pemilu sehingga menjadikannya pemilih yang cerdas.

Penting bagi pemilih mencermati program dan gagasan yang diusung para calon sehingga dapat dipastikan apa yang disampaikan dapat direalisasikan dan bukan janji manis belakang.

Pada prosesnya, Pemilih haruslah menempatkan diri secara netral dan objektif.

Sebagai generasi muda juga kita turut serta mencerdaskan masyarakat agar menjadi pemilih yang cerdas sehingga masyarakat tidak menilai para calon hanya berdasarkan opini publik dan pendapat warganet yang seringkali tidak memiliki landasan yang jelas.

# Pemilih Cerdas


Kamis, 04 April 2019

Cinta akan lingkungan Karang Taruna Desa Wae Ri'i mengadakan bakti sosial

         
Cinta akan lingkungan, Karang Taruna Desa Gerakan Pembangunan Desa Wae Ri'i (GraPARI) menggelar kegiatan bakti sosial.

       Kegiatan ini diadakan pada Juma't 05 April 2019 diwilayah kerja Desa Wae Ri'i Kecamatan Wae Ri'i.
   
       Menurut Wilson Acak selaku ketua karang taruna, kegiatan kerja bakti yang di gelar bukan kali pertamanya, kegiatan ini sudah sering kami lakukan setiap hari juma't dengan tujuan untuk melihat kekompakan dari pengurus karang taruna maupun masyarakat.

       Pengurus karang taruna pun antusias dalam melaksanakan kegiatan kerja bakti ini. Selain itu menurutnya kegiatan bakti sosial yang dilakukan juga dalam rangka perbaikan nama baik kelompok pemuda. Selama ini yang kami lakukan tidak ada nilai positifnya dan juga hanya merugikan orang lain. makanya dari hal itu kami mendirikan lembaga karang taruna agar kelak bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

      Senada dengan itu Sekretaris karang taruna juga mengatakan bahwa kegiatan bakti sosial ini adalah bukti rasa cinta kami terhadap lingkungan terutama desa wae rii. karena selama ini tidak ada kelompok pemuda yang menggelar kerja bakti seperti ini. tutur Nggai

       Kegiatan ini pun mendapat respon positif dari kepala desa wae rii. Dia pun banyak memberikan kontribusi kepada pengurus karang taruna.

      Karang Taruna desa Wae Rii baru berapa bulan dibentuk dengan tujuan mengembangkan SDM dan pemberdayaan masyarakat desa.

       Harapan kami kedepannya organisasi ini mendapat dukungan dari berbagai pihak agar kegiatan yang kami laksanakan nantinya dapat berjalan lancar. Tutur Igilius Selaku Kordinator Bidang Olahraga, seni dan budaya.

Sabtu, 07 Juli 2018

Era Globalisasi, melihat pendidikan sebagai pembodohan

                      Kharissma senda

        Pendidikan merupakan suatu cara untuk memanusiakan manusia itulah yang menjadi konsep dari Ki Hajar Dewantara dalam memperjuangkan pendidikan di Indonesia. Memanusiakan manusia dalam artian menjadikan sesama manusia lebih terdidik, lebih cerdas, dan lebih baik hidupnya.

Dari realita yang selama ini dilihat tentu tidaklah sesuai dengan konsep yang diutarakan Ki Hajar Dewantara

Selama ini dunia pendidikan dianggap sebagai pembodohan dengan alasan pendidikan itu ada hanya sebagai pelestarian dari teori-teori masa lalu tanpa memikirkan bagaimana membuat rumusan baru dalam dunia pendidikan.

Bagaimana tidak beranggapan demikian, bayangkan saja kita ambil contoh pendidikan di beberapa daerah di NTT masih ada pelajaran SD seperti pelajaran ' ini ibu budi " dari sejak indonesia merdeka sampai sekarang itu tetap sama tidak ada perubahan. Belum lagi pendidikan itu sendiri tidak merata yang hanya didominasi oleh kaum elit.

Dari sekian pendapat ada beberapa persoalan yang terjadi dari pola pendidikan kita :


  1. Hilangnya objektivitas pendidikan itu sendiri
  2. Pendidikan yang tidak menghasilkan manusia terdidik
  3. Pendidikan itu tidak menghasilkan pola pikir yang baru
  4. Pendidikan yang membelenggu
  5. Pendidikan itu tidak mampu memberdayakan peserta didik.
Sistem pendidikan di Indonesia seperti kehilangan jati dirinya. Padahal nilai dasar pendidikan sudah dijelaskan dalam UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Serta nilai-nilai instrumen pendidikan kita telah dirumus dalam UU  no 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disertai aturan dari pemerintah tetapi dalam implementasinya sama sekali hanya untuk mengejar selembar ijazah.

Perubahan pada dunia pendidikan itu sebenarnya berpusat pada pemerintah serta tenaga pengajar. Apabila pemerintah tidak memperhatikan pendidikan sudah pasti pendidikan kita masih dikatakan minim belum lagi tenaga pengajar yang ilmu pengetahuannya masih dibawah standar apalagi di Era ini tenaga pengajar seperti guru hanya mencari besar pendapatannya tanpa memikirkan bagaimana nasib dari peserta didik dalam menimba ilmu. Hal inilah yang akan berdampak pada kebodohan dan ilmu pengetahuan seakan tidak nerarti.

Sebagai peserta didik bukan bermaksud menyalahkan pemerintah serta tenaga pengajar yang ada tetapi setidaknya pemerintah memperhatikan pola pendidikan dinegeri ini agar bisa memerangi kebodohan dan ketertinggalan dalam dunia Pendidikan.